Jumat, 14 Desember 2012

MASTITIS


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Tinjauan Tentang Payudara
1.  Anatomi Payudara
              Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di     bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar alveolus payudara, yang beratnya  kurang   lebih 200 gram,  saat  hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Anggraini, Y. 2010).








Gambar 1. Anatomi payudara
Sumber : Rahma, 2010
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
a.  Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
Alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dIsalurkan  dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b.  Areola yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c.   Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar,   panjang dan terbenam (inverted).



2.    Payudara yang mastitis










Gambar 2 : Payudara Mastitis
Sumber : vanesa, 2010
B. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
1.   Pengertian
a.    Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat - alat kandungan kembali seperti pra hamil dan lama masa nifas ini yaitu 6 - 8 minggu (Sarwono, 2006).
Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1)    Puerperium dini yaitu kepedulian dimana ibu telah  diperbolehkan berdiri dan berjalan - jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh berhubungan suami istri setelah 40 hari
2)    Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat - alat genetalia yang lamanya 6 - 8 minggu.
3)    Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan .
            Berdasarkan dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta, masa penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru lamanya 6-8 minggu.
2.   Gambaran Klinis Tentang Masa Nifas
            Beberapa gambaran klinis pada masa nifas :
a.    Uterus secara berangsur angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b.    Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlansung 2 - 4 hari pasca persalinan.
c.    Terjadi hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.
d.    Perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2 - 5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin dan setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami degenerasi.
e.      Pengeluaran lochia yaitu cairan/ sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
f.     Vagina  mengecil  dan timbul  rugae  (lipatan-lipatan  atau kerutan-kerutan) kembali.
g.    Luka-luka pada jalan lahir biasa tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
h.    Bentuk serviks setelah persalinan agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah yang konsistensinya lunak.
i.      Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
Ada beberapa hal yang harus kita awasi dalam masa nifas, yaitu :
a.    Keadaan umum dan menanyakan perasaan setelah persalinan, melakukan pengukuran tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu tubuh
b.    Perdarahan pasca melahirkan, pengeluaran sisa darah yang mempunyai pola tersendiri.
c.    Keadaan payudara dan puting susu untuk memberikan ASI bagi bayinya.
d.    Keadaan rahim setelah persalinan diperhatikan tentang kontraksi otot rahim, tingginya fundus rahim setelah persalinan dan terdapatnya nyeri akut karena tekanan saraf.
e.    Keadaan perineum
Perawatan luka episiotomi dilakukan dengan memperhatikan sekitar vagina dan rectum tentang kemungkinan terjadi infeksi sehingga perlu mendapat perhatian seksama terutama jahitan episiotomi
f.       Apakah ibu sudah BAK.
g.    Rektum apakah ada rektokel dan pemeriksaan tonus muskulus sfinter ani.
h.    Apakah ada flour albus.
B.   Tinjauan Umum Tentang Mastitis Pada Ibu Nifas
1.   Pengertian Mastitis
a.  Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis (Prawirohardjo, 2007).
b.  Mastitis adalah peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama staphyloccus aureus melalui luka putting susu, atau melalui peredaran darah (Prawirohardjo, 2007).
Mastitis adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa berbentuk abses payudara atau penimbunan nanah di dalam payudara   (Anonim, 2009).
Gambar 3 : Mastitis

Sumber : vanesa, 2010

c.  Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohardjo, 2007).
d.  Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001).
e.  Mastitis adalah infeksi yang disebabkan adanya sumbatan duktus hingga putting susupun mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca melahirkan. Penyebab penting dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudara.
f.   Mastitis adalah peradangan pada payudara, payudara menjadi merah, bengkak, kadangkala rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam ada terasa masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa satu sampai tiga minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap atau dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif dan dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/bra (Ambarwati, 2009).
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa mastitis adalah keadaan abnormal pada masa nifas dimana payudara mengalami pembengkakan yang disertai rasa nyeri, payudara merah bahkan dapat mengeluarkan cairan berupa nanah.


2.  Penyebab
                        Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Organisme penyebab infeksi adalah Staphylococcus Aureus. Pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri.  Adapun penyebabnya antara lain yaitu:
a.  Payudara membengkak dan tidak disusukan secara tepat dan benar.
b.  Puting lecet menyebabkan terjadinya infeksi sehingga payudara membengkak.
c.  BH terlalu ketat.
d.  Asupan nutrisi ibu kurang sehat, disertai kurang beristirahat sehingga memudahkan payudara bila terjadi luka atau lecet sedikit, karena daya tahan rendah.
                        Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus menyusui, mastitis  non infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui, dan mastitis infeksiosa hanya dapat diobati dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses.
3.   Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala mastitis antara lain
a.  Nyeri pada payudara
b.  Berbenjol-benjol keras dan sangat nyeri
c.   Pembengkakan salah satu payudara
d.  Jaringan payudara membengkak dan nyeri bila ditekan.
e.  Payudara dapat terlihat kemerahan, mengkilat dan putting teregang menjadi rata. teraba hangat.
f.    Keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah
g.  Gatal-gatal.
h.  Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
i.    ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.
j.    Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
k.   Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-olah bayi tahu bahwa susu itu bercampur dengan nanah         (Anonim, 2009).

4.   Pencegahan
                        Mastitis payudara sangat mudah dicegah, bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkat statis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan, sumbatan saluran payudara dan nyeri puting susu diobati dengan cepat. Ibu atau siapa saja yang merawat mereka perlu mengetahui tentang penatalaksanaan menyusui yang efektif, pemberian makan bayi dengan adekuat dan tentang pemeliharaan kesehatan payudara.
            Ada beberapa praktek yang harus dilakukan secara rutin untuk mencegah terjadinya statis ASI dan mastitis, antara lain :
a.  Bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya dan mulai menyusui segera setelah tampak tanda-tanda kesiapan, biasanya dalam jam pertama atau lebih.
b.  Bayi harus tidur ditempat tidur yang sama dengan ibunya atau didekatkan pada kamar yang sama.
c.   Semua itu harus mendapat bantuan dan dukungan yang terlatih dalam teknik menyusui, baik sudah maupun belum pernah menyusui sebelumnya, untuk menjamin kenyutan yang baik pada payudara, pengisapan yang efektif dan pengeluaran ASI yang efisien.
d.  Menyokong payudara dan kompres lokal.
e.  Perawatan puting susu atau perawatan payudara.
Adapun cara merawat payudara yaitu:
1)  Cucilah tangan sebelum masase, lalu tuangkan minyak ke     dua belah tangan secukupnya, pengurutan dimulai dengan  ujung jari lalu sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.
2)  Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh payudara. Lakukan gerakan ini seperti pada payudara kanan.
3)  Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara. Urutlah dari tengah keatas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali.
4)  Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari diatas dan empat jari lainnya dibawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan payudara kedepan kearah puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara yang kanan.
5)  Lalu cobalah posisi tangan dengan paralel sanggah payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara kerah pangkal puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
6)  Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas dan satu lagi dibawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan kearah puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan (Suherni,2008).
f.    Setiap ibu harus didorong untuk menyusui on demand, kapan saja bayi menunjukkan tanda-tanda siap  menyusui, seperti membuka mulut dan mencari payudara.
g.  Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering.
h.  Setiap ibu harus memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan eksklusif.
i.    Ibu harus menerima bantuan yang terlatih untuk mempertahankan laktasi bila bayinya terlalu kecil atau lemah untuk menghisap dengan efektif.
j.    Bila ibu dirawat di rumah sakit, ia memerlukan bantuan yang terlatih saat menyusui pertama kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat menyusui berikutnya.
k.   Bila ibu berada di rumah, ibu memerlukan bantuan yang terlatih selama hari pertama setelah persalinan, beberapa waktu selama dua minggu pertama, dan selanjutnya seperti yang dibutuhkan sampai ibu menyusui dengan efektif dan percaya diri.
                        Ada beberapa hal yang harus dihindari karena dapat mengganggu membatasi atau mengurangi jumlah isapan dalam proses menyusui dan juga meningkatkan resiko stasis ASI antara lain :
a.  Penggunaan dot
b.  Pemberian makanan dan minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama terutama dari botol susu.
c.  Tindakan melepaskan bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk menghisap payudara yang lain.
d.  Beban kerja yang berat atau penuh tekanan.
e.  Kealpaan menyusui, termasuk bila bayi mulai tidur sepanjang malam.
f.   Trauma pada payudara, karena kekerasan atau penyebab lain.
                        Hal-hal tersebut harus dihindari atau sedapat mungkin ibu dilindungi darinya, tetapi bila tidak terhindarkan ibu dapat mencegah mastitis bila ia melakukan perawatan ekstra pada payudara.
5.    Penanganan
Penanganan yang dilakukan untuk penderita mastitis antara lain :
a.  Beristirahat di tempat tidur bila mungkin.
b.  Sering menyusu pada payudara yang terkena.
c.   Mengompres panas pada payudara yang terkena selama 15-20 menit 4 kali/ hari.
d.  Memijat dengan lembut daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
e.  Posisi menyusui diubah-ubah setiap saat.
f.    Pemberian antibiotik dan analgetik.
g.  Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah serta dianjurkan untuk berhenti menyusui (Suherni, 2008).
6.    Pengobatan
Pengobatan terhadap mastitis disesuaikan dengan penyebabnya, jika proses penyumbatan biasanya diberikan analgetik (penghilang nyeri), jika penyababnya infeksi kuman harus diberikan antibiotik, namun jika sudah terjadi abses maka harus di lakukan drainase (penyaluran nanah). Pengobatan dengan antibiotik harus tuntas dan diberikan antibiotik spektrum yang kuat dan disesuaikan dengan jenis kumannya agar tidak kambuh kembali. Jika telah terjadi abses dalam payudara maka harus dilakukan drainase untuk membersihkan dan mengeluarkan abses.




C. Tinjauan Khusus Tentang Karakteristik Ibu Yang Mengalami Mastitis
1.  Umur
            Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dai lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh karena itu, umur itu diukur dari masa ia lahir sampai sekarang (Fitramaya, 2008).
            Umur pada ibu mastitis adalah nilai pada seorang individu mulai dari lahirnya sampai terdiagnosa mastitis.
a.    Mastitis biasanya muncul pada wanita usia diatas 45 tahun, penyebab utamanya diduga akibat perubahan hormoral dan aktivitas menyusui di masa lalu. Pada saat menjelang menopause terjadi penurunan hormone estrogen yang menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati dan air susu menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara. Penyumbatan menyebabkan buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran yang biasanya terletak dibelakang putting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang disebut mastitis periducta                  (Vanesha, 2008).
b.    Mastitis biasa terjadi pada usia 30-34 tahun diduga akibat perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu, selain karena perubahan kadar hormone estrogen di dalam darah, peradangan juga dapat terjadi karena tersumbatnya saluran susu akibat air susu tidak dapat keluar sebagaimana mestinya (Ambarwati, 2008).
c.    Penyebab mastitis adalah stasis ASI dan infeksi stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Organisme penyebab infeksi adalah Staphylococcus Aureus. Pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan bahwa infeksi bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan bakteri (Anonim, 2009).
2.    Paritas
            Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (Manuaba, 2005).
a.    Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).
b.    Multipara
1)    Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2006).
2)    Multigravida adalah wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih (Varney, 2006).
c.    Grandemultipara
1)    Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2002).
2)    Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih atau mati (Rustam, 2005).
3)    Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006).
            Mastitis pada ibu dapat dipengaruhi oleh jumlah anak yang dilahirkan, ibu yang melahirkan anak lebih dari 2 rentang mengalami mastitis karena biasa adanya hambatan dalam pemberian ASI pada anak, selain itu anak yang malas untuk menyusui akan memberikan dampak yang buruk bagi ibunya (Anggraini, Y. 2010).
            Mastitis yang terjadi pada ibu yang memiliki anak dari dua juga malas untuk menyusui bayinya, karena ibu beranggapan anaknya sudah lebih dari cukup sehingga ibu lebih berkeinginan untuk merawat bentuk tubuhnya sehingga bayinya tidak disusui meskipun dapat berakibat pada payudaranya sendiri (Moody, J. 2006).


3.    Pendidikan
            Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pelajaran dan penelitian (Depdiknas, 2005).
Pada tingkat pendidikan TK sampai SMA rata-rata tidak mengetahui bahaya mastitis pada masa kehamilan
Jika pendidikan pada jenjang SMU sampai perguruan tinggi ibu cukup mengetahui bahaya mastitis pada masa kehamilan
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha menilai untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbullah,2006).
Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh berbeda (Hasbullah, 2006).
Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan.

a.    Langveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membentuk anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh datangnya dan orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang dewasa.
b.    Menurut UU. No. 2 Tahun 2003
Tindakan mendidik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar dan sengaja didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan. Tindakan tersebut menyebabkan orang yang belum dewasa menjadi dewasa dengan memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan hidup menurut nilai-nilai tersebut. Kedewasaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan.
Pendidikan merupakan fenomena yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggung jawaban terhadap perubahan yang dilakukan, yaitu mendidik dan dididik. Karakteristik berasal dan kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, watak, tabiat akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sedangkan karakteristik itu sendiri adalah sifat khas seseorang sesuai dengan perawatan tertentu (Depdiknas, 2005).
Dalam batasan ini, maka tersirat unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan yakni:
a.     Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar.
b.     Ada pendidik, atau pembimbing atau penolong.
c.      Ada yang dididik atau si terdidik.
d  Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan (Hasbullah, 2006). Pendidikan terbagi atas 3 yaitu (Suprijanto, 2008).
1)      Pendidikan Tinggi
Pendidikan yang didapatkan melalui proses belajar yang dilakukan dengan sadar, dilakukan sejak sekolah menengah sampai tingkat yang lebih tinggi.
2)   Pendidikan Rendah
Pendidikan yang diperoleh seseorang yang dilakukan sejak sekolah rendah sampai tingkat SMP.
 3).  Tidak pernah Sekolah
Pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat,misalnya kursus-kursus.Dikatakan juga pendidikan yang sama skali tidak terorganisasi,dan tidak ada ijazah,dan merupakan hasil pengalaman belajar individual atau mandiri.
Sebagin besar ibu yang memiliki tingkat pandidikan tinggi lebih banyak yang datang untuk memeriksakan kehamilannya daripada ibu yang berpendidikan rendah. Makin tingginya tingkat pendidikan seseorang diharapkan mengembangkan daya nalar yang dapat memberikan kemampuan baginya untuk menilai apakah suatu hal dapat diterima atau tidak. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi diterima atau tidaknya pelayanan antenatal atau pelayanan kesehatan ibu dan anak (Suprijanto, 2008).
4.    Riwayat Persalinan
            Ibu yang mengalami mastitis pada masa nifasnya dapat dipengaruhi oleh riwayat kehamilannya, dimana pada saat hamil ibu mengalami peradangan pada payudara seperti adanya trauma pada payudara. Hal tersebut menyebabkan pengaruh yang besar pada saat menyusui. Selain itu kurangnya perawatan payudara pada masa kehamilan juga dapat memimbulkan sumbatan pada daerah areola nantinya (Apshar, 2009).



D. Kerangka Konsep
1.  Dasar pemikiran variabel
            Pada penelitian ini terdapat satu variabel yaitu variabel tunggal. Variabel tunggal yaitu variabel yang terdiri dari beberapa varians yang saling mempengaruhi. Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu yang mengalami mastitis yang berhubungan dengan umur ibu, paritas ibu dan status gizi ibu.
2.  Bagan kerangka konsep
Umur Ibu
Paritas Ibu
Pendidikan Ibu
Riwayat Persalinan
Karakteristik
Ibu Nifas Yang Mengalami Mastitis
 








Keterangan :
                                    : Variabel Yang Diteliti
                                    : Variabel Yang Tidak Diteliti



E.  Defenisi Operasional Kriteria Objektif
1.  Umur
            Umur adalah nilai pada seseorang individu dimulai dengan lahirnya sampai terdiagnosa mastitis
Kriteria Objektif
Risiko tinggi                : Jika umur ibu ≥45 tahun
Risiko rendah                         : Jika umur ibu <45 tahun
2.  Paritas
            Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu sampai terdiagnosis mastitis.
Kriteria Objektif
Risiko tinggi                : Jika ibu mempunyai anak ≥ dua orang
Risiko rendah                         : Jika ibu mempunyai anak kurang dari dua orang
3.  Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran yang didapatkan baik pendidikan tinggi, pendidikan rendah, dan tidak pernah sekolah. Pendidikan dibagi atas Pendidikan Formal dan Nonformal



Kriteria Objektif :
a.  Dasar                                       :    Jika pendidikan pada
b.  Lanjut                                      :    Jika pendidikan pada jenjang SMU sampai perguruan   tinggi.
c.   Tidak Pernah Sekolah         :    Pendidikan yang sama sekali tidak terorganisasi, tidak ada ijazah (Suprijanto, 2008).

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
    Harrah's Cherokee 오산 출장안마 Casino Resort locations, rates, amenities: expert Cherokee research, only at Hotel and 제천 출장안마 Travel 평택 출장마사지 Index. Real-time driving directions to Harrah's 김해 출장안마 Cherokee Casino 김해 출장샵

    BalasHapus