DEWI PARWATI
Sabtu, 22 Desember 2012
Jumat, 14 Desember 2012
MASTITIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Payudara
1. Anatomi Payudara
Payudara
(mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar alveolus payudara, yang beratnya kurang
lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram
(Anggraini, Y. 2010).
Gambar
1. Anatomi payudara
Sumber
: Rahma, 2010
Pada payudara terdapat tiga bagian
utama, yaitu:
a. Korpus (badan), yaitu bagian yang
membesar
Alveolus yaitu unit
terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari adalah sel Aciner, jaringan lemak,
sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari
alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dIsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dIsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola yaitu bagian yang kehitaman di
tengah.
Sinus laktiferus, yaitu
saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting
dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla atau puting, yaitu bagian yang
menonjol di puncak payudara.
Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
2. Payudara
yang mastitis
Gambar 2 : Payudara Mastitis
Sumber
: vanesa, 2010
B. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
1.
Pengertian
a.
Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat - alat kandungan kembali
seperti pra hamil dan lama masa nifas ini yaitu 6 - 8 minggu (Sarwono, 2006).
Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1)
Puerperium dini yaitu kepedulian
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan - jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
berhubungan suami istri setelah 40 hari
2)
Puerperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat - alat genetalia yang lamanya 6 - 8
minggu.
3)
Remote
puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan .
Berdasarkan
dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah
dimulai setelah kelahiran plasenta, masa penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga
baru lamanya 6-8 minggu.
2. Gambaran Klinis Tentang Masa Nifas
Beberapa
gambaran klinis pada masa nifas :
a. Uterus secara berangsur angsur menjadi kecil (involusio)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
b.
Rasa
sakit yang disebut after pains (meriang atau mules) disebabkan kontraksi rahim,
biasanya berlansung 2 - 4 hari pasca persalinan.
c.
Terjadi
hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.
d. Perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi, dan nekrosis ditempat implantasi plasenta. Pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2 - 5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin dan setelah 3 hari
permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang
mengalami degenerasi.
e. Pengeluaran lochia yaitu cairan/ sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
f. Vagina
mengecil dan timbul rugae
(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan)
kembali.
g.
Luka-luka
pada jalan lahir biasa tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
h.
Bentuk
serviks setelah persalinan agak menganga seperti corong berwarna merah
kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah yang konsistensinya lunak.
i.
Ligamen,
fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi
lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak
jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor.
Ada beberapa hal
yang harus kita awasi dalam masa nifas, yaitu :
a.
Keadaan
umum dan menanyakan perasaan setelah persalinan, melakukan pengukuran tekanan
darah, nadi, pernapasan dan suhu tubuh
b.
Perdarahan pasca melahirkan, pengeluaran sisa darah yang
mempunyai pola tersendiri.
c.
Keadaan
payudara dan puting susu untuk memberikan ASI bagi bayinya.
d.
Keadaan rahim setelah persalinan diperhatikan tentang
kontraksi otot rahim, tingginya fundus rahim setelah persalinan dan terdapatnya
nyeri akut karena tekanan saraf.
e.
Keadaan
perineum
Perawatan luka
episiotomi dilakukan dengan memperhatikan sekitar vagina dan rectum tentang
kemungkinan terjadi infeksi sehingga perlu mendapat perhatian seksama terutama
jahitan episiotomi
f.
Apakah ibu sudah BAK.
g.
Rektum apakah ada rektokel dan pemeriksaan tonus muskulus
sfinter ani.
h.
Apakah
ada flour albus.
B.
Tinjauan
Umum Tentang Mastitis Pada Ibu Nifas
1. Pengertian Mastitis
a. Mastitis
adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.
Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional
atau mastitis puerperalis
(Prawirohardjo, 2007).
b. Mastitis adalah peradangan pada
payudara disebabkan kuman, terutama staphyloccus
aureus melalui luka putting susu, atau melalui peredaran darah
(Prawirohardjo, 2007).
Mastitis adalah suatu
infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang berat atau tidak diobati,
bisa berbentuk abses payudara atau penimbunan nanah di dalam payudara (Anonim, 2009).
Gambar 3 : Mastitis
Sumber : vanesa, 2010
c. Mastitis adalah infeksi peradangan
pada mammae, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi
mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohardjo, 2007).
d. Mastitis adalah reaksi sistematik
seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi
sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001).
e. Mastitis adalah infeksi yang
disebabkan adanya sumbatan duktus hingga putting susupun mengalami sumbatan.
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca melahirkan.
Penyebab penting dari mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien
akibat teknik menyusui yang buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini
dianjurkan untuk menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga
yang baik pada payudara.
f.
Mastitis
adalah peradangan pada payudara, payudara menjadi merah, bengkak, kadangkala
rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam ada terasa masa padat
(lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa satu
sampai tiga minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu
yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI dihisap atau dikeluarkan
atau pengisapan yang tidak efektif dan dapat juga karena kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau karena tekanan baju/bra (Ambarwati, 2009).
Peneliti
dapat menyimpulkan bahwa mastitis adalah keadaan abnormal pada masa nifas
dimana payudara mengalami pembengkakan yang disertai rasa nyeri, payudara merah
bahkan dapat mengeluarkan cairan berupa nanah.
2. Penyebab
Dua penyebab
utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi stasis ASI biasanya merupakan
penyebab primer, yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi. Organisme penyebab
infeksi adalah Staphylococcus Aureus.
Pengamatan klinis
bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa
pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan
bahwa infeksi bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai
media pertumbuhan bakteri. Adapun penyebabnya antara lain yaitu:
a.
Payudara
membengkak dan tidak disusukan secara tepat dan benar.
b.
Puting
lecet menyebabkan terjadinya infeksi sehingga payudara membengkak.
c.
BH
terlalu ketat.
d.
Asupan
nutrisi ibu kurang sehat, disertai kurang beristirahat sehingga memudahkan
payudara bila terjadi luka atau lecet sedikit, karena daya tahan rendah.
Statis ASI dapat
membaik hanya dengan terus menyusui, mastitis
non infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui, dan
mastitis infeksiosa hanya dapat diobati dengan pemerasan ASI dan antibiotik
sistemik. Tanpa pengeluaran ASI yang efektif, mastitis non infeksiosa sering
berkembang menjadi mastitis infeksiosa dan mastitis infeksiosa menjadi
pembentukan abses.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala mastitis antara lain
a.
Nyeri
pada payudara
b.
Berbenjol-benjol keras
dan sangat
nyeri
c.
Pembengkakan
salah satu payudara
d.
Jaringan
payudara membengkak dan nyeri bila ditekan.
e.
Payudara
dapat terlihat kemerahan, mengkilat dan putting teregang menjadi rata. teraba
hangat.
f.
Keluar
cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah
g.
Gatal-gatal.
h.
Pembesaran
kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
i.
ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut
untuk menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.
j.
Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan
gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
k.
Bayi
sendiri tidak mau minum pada payudara yang sakit, seolah-olah bayi tahu bahwa
susu itu bercampur dengan nanah (Anonim, 2009).
4. Pencegahan
Mastitis payudara sangat
mudah dicegah, bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan
yang meningkat statis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan, sumbatan
saluran payudara dan nyeri puting susu diobati dengan cepat. Ibu atau siapa
saja yang merawat mereka perlu mengetahui tentang penatalaksanaan menyusui yang
efektif, pemberian makan bayi dengan adekuat dan tentang pemeliharaan kesehatan
payudara.
Ada beberapa
praktek yang harus dilakukan secara rutin untuk mencegah terjadinya statis ASI
dan mastitis, antara lain :
a.
Bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya dan mulai
menyusui segera setelah tampak tanda-tanda kesiapan, biasanya dalam jam pertama
atau lebih.
b.
Bayi harus tidur ditempat tidur yang sama dengan ibunya
atau didekatkan pada kamar yang sama.
c.
Semua itu harus mendapat bantuan dan dukungan yang
terlatih dalam teknik menyusui, baik sudah maupun belum pernah menyusui
sebelumnya, untuk menjamin kenyutan yang baik pada payudara, pengisapan yang
efektif dan pengeluaran ASI yang efisien.
d.
Menyokong
payudara dan kompres lokal.
e.
Perawatan
puting susu atau perawatan payudara.
Adapun cara merawat payudara yaitu:
1)
Cucilah tangan sebelum masase, lalu tuangkan minyak
ke dua belah tangan secukupnya,
pengurutan dimulai dengan ujung jari
lalu sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua
atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan
gerakan spiral pada daerah puting susu.
2)
Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu diseluruh payudara. Lakukan gerakan ini
seperti pada payudara kanan.
3)
Gerakan selanjutnya letakkan kedua telapak tangan
diantara kedua payudara. Urutlah dari tengah keatas sambil mengangkat kedua
payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30
kali.
4)
Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua
tangan, ibu jari diatas dan empat jari lainnya dibawah. Peras dengan lembut
payudara sambil meluncurkan payudara kedepan kearah puting susu. Lakukan hal
yang sama pada payudara yang kanan.
5)
Lalu cobalah posisi tangan dengan paralel sanggah
payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan
sisi kelingking dari arah pangkal payudara kerah pangkal puting susu. Lakukan
gerakan ini sekitar 30 kali.
6)
Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas dan satu
lagi dibawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan kearah puting
susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian
payudara terkena urutan (Suherni,2008).
f.
Setiap ibu harus didorong untuk menyusui on demand, kapan saja bayi menunjukkan tanda-tanda
siap menyusui, seperti membuka mulut dan mencari payudara.
g.
Pembersihan
puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu
yang sudah kering.
h.
Setiap ibu
harus memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan eksklusif.
i.
Ibu harus menerima bantuan yang terlatih untuk
mempertahankan laktasi bila bayinya terlalu kecil atau lemah untuk menghisap
dengan efektif.
j.
Bila ibu dirawat di rumah sakit, ia memerlukan bantuan
yang terlatih saat menyusui pertama kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat
menyusui berikutnya.
k.
Bila ibu berada di rumah, ibu memerlukan bantuan yang
terlatih selama hari pertama setelah persalinan, beberapa waktu selama dua
minggu pertama, dan selanjutnya seperti yang dibutuhkan sampai ibu menyusui
dengan efektif dan percaya diri.
Ada beberapa hal
yang harus dihindari karena dapat mengganggu membatasi atau mengurangi jumlah
isapan dalam proses menyusui dan juga meningkatkan resiko stasis ASI antara
lain :
a.
Penggunaan dot
b.
Pemberian makanan dan minuman lain pada bayi pada
bulan-bulan pertama terutama dari botol susu.
c.
Tindakan melepaskan bayi dari payudara pertama sebelum ia
siap untuk menghisap payudara yang lain.
d.
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan.
e.
Kealpaan menyusui, termasuk bila bayi mulai tidur
sepanjang malam.
f.
Trauma pada payudara, karena kekerasan atau penyebab
lain.
Hal-hal tersebut
harus dihindari atau sedapat mungkin ibu dilindungi darinya, tetapi bila tidak
terhindarkan ibu dapat mencegah mastitis bila ia melakukan perawatan ekstra
pada payudara.
5. Penanganan
Penanganan
yang dilakukan untuk penderita mastitis antara lain :
a.
Beristirahat di tempat tidur bila mungkin.
b.
Sering menyusu pada payudara yang terkena.
c.
Mengompres panas pada payudara yang terkena selama 15-20 menit 4 kali/ hari.
d.
Memijat dengan lembut daerah benjolan saat bayi menyusui
untuk membantu
ASI mengalir dari daerah tersebut.
e.
Posisi
menyusui diubah-ubah setiap saat.
f.
Pemberian antibiotik dan analgetik.
g.
Jika
terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah serta
dianjurkan untuk berhenti menyusui (Suherni, 2008).
6.
Pengobatan
Pengobatan terhadap
mastitis disesuaikan dengan penyebabnya, jika proses penyumbatan biasanya
diberikan analgetik (penghilang nyeri), jika penyababnya infeksi kuman harus
diberikan antibiotik, namun jika sudah terjadi abses maka harus di lakukan
drainase (penyaluran nanah). Pengobatan dengan antibiotik harus tuntas dan
diberikan antibiotik spektrum yang kuat dan disesuaikan dengan jenis kumannya
agar tidak kambuh kembali. Jika telah terjadi abses dalam payudara maka harus
dilakukan drainase untuk membersihkan dan mengeluarkan abses.
C. Tinjauan Khusus Tentang Karakteristik
Ibu Yang Mengalami Mastitis
1.
Umur
Umur
atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau
makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan
lima belas tahun diukur sejak dai lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh
karena itu, umur itu diukur dari masa ia lahir sampai sekarang (Fitramaya,
2008).
Umur
pada ibu mastitis adalah nilai pada seorang individu mulai dari lahirnya sampai
terdiagnosa mastitis.
a. Mastitis biasanya muncul pada wanita
usia diatas 45 tahun, penyebab utamanya diduga akibat perubahan hormoral dan aktivitas
menyusui di masa lalu.
Pada saat menjelang menopause terjadi penurunan hormone estrogen yang
menyebabkan adanya jaringan yang mati. Tumpukan jaringan mati dan air susu
menyebabkan penyumbatan pada saluran di payudara. Penyumbatan menyebabkan
buntunya saluran dan akhirnya melebarkan saluran yang biasanya terletak
dibelakang putting payudara. Hasil akhirnya ialah reaksi peradangan yang
disebut mastitis periducta (Vanesha, 2008).
b. Mastitis biasa terjadi pada usia 30-34
tahun diduga akibat perubahan hormonal dan aktivitas menyusui di masa lalu,
selain karena perubahan kadar hormone estrogen di dalam darah, peradangan juga
dapat terjadi karena tersumbatnya saluran susu akibat air susu tidak dapat
keluar sebagaimana mestinya (Ambarwati, 2008).
c. Penyebab mastitis adalah stasis
ASI dan infeksi stasis ASI biasanya merupakan penyebab primer, yang dapat
disertai atau berkembang menuju infeksi.
Organisme penyebab infeksi adalah Staphylococcus
Aureus. Pengamatan
klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa
pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Ia menyatakan
bahwa infeksi bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI
sebagai media pertumbuhan bakteri
(Anonim, 2009).
2.
Paritas
Paritas
adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita atau jumlah
kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (Manuaba,
2005).
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah
melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney,
2006).
b. Multipara
1) Multipara adalah wanita yang telah
melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2009). Multipara
adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable (hidup) beberapa kali
(Manuaba, 2006).
2) Multigravida adalah wanita yang sudah
hamil dua kali atau lebih (Varney, 2006).
c. Grandemultipara
1) Grandemultipara adalah wanita yang
telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam
kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2002).
2) Grandemultipara adalah wanita yang
pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih atau mati (Rustam, 2005).
3) Grandemultipara adalah wanita yang
telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Varney, 2006).
Mastitis
pada ibu dapat dipengaruhi oleh jumlah anak yang dilahirkan, ibu yang
melahirkan anak lebih dari 2 rentang mengalami mastitis karena biasa adanya
hambatan dalam pemberian ASI pada anak, selain itu anak yang malas untuk
menyusui akan memberikan dampak yang buruk bagi ibunya (Anggraini, Y. 2010).
Mastitis
yang terjadi pada
ibu yang memiliki anak dari dua juga malas untuk menyusui bayinya, karena ibu
beranggapan anaknya sudah lebih dari cukup sehingga ibu lebih berkeinginan
untuk merawat bentuk tubuhnya sehingga bayinya tidak disusui meskipun dapat
berakibat pada payudaranya sendiri (Moody, J. 2006).
3. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pelajaran dan penelitian (Depdiknas, 2005).
Pada tingkat pendidikan TK sampai SMA rata-rata tidak
mengetahui bahaya
mastitis pada masa kehamilan
Jika pendidikan pada jenjang SMU sampai perguruan tinggi
ibu cukup mengetahui bahaya
mastitis pada masa kehamilan
Dalam arti
sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha menilai untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan
yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa. Selanjutnya, pendidikan
diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain
agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih
tinggi dalam arti mental (Hasbullah,2006).
Kenyataannya,
pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, meskipun secara
esensial tidak jauh berbeda (Hasbullah, 2006).
Berikut ini
akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli
pendidikan.
a. Langveld
Pendidikan
ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membentuk anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh datangnya dan orang
dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran
hidup sehari-hari dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang dewasa.
b. Menurut
UU. No. 2 Tahun 2003
Tindakan
mendidik yang dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar dan sengaja didasari
oleh nilai-nilai kemanusiaan. Tindakan tersebut menyebabkan orang yang belum
dewasa menjadi dewasa dengan memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan hidup menurut
nilai-nilai tersebut. Kedewasaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak
dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan.
Pendidikan
merupakan fenomena yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif
dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan
refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggung jawaban
terhadap perubahan yang dilakukan, yaitu mendidik dan dididik. Karakteristik
berasal dan kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, watak, tabiat
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sedangkan
karakteristik itu sendiri adalah sifat khas seseorang sesuai dengan perawatan
tertentu (Depdiknas, 2005).
Dalam batasan
ini, maka tersirat unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan yakni:
a. Usaha
(kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan
dilakukan secara sadar.
b. Ada
pendidik, atau pembimbing atau penolong.
c. Ada
yang dididik atau si terdidik.
d
Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan (Hasbullah, 2006). Pendidikan
terbagi atas 3 yaitu (Suprijanto, 2008).
1) Pendidikan
Tinggi
Pendidikan yang didapatkan
melalui proses belajar yang dilakukan dengan sadar, dilakukan sejak sekolah
menengah sampai tingkat yang lebih tinggi.
2) Pendidikan Rendah
Pendidikan yang diperoleh
seseorang yang dilakukan sejak sekolah rendah sampai tingkat SMP.
3).
Tidak pernah Sekolah
Pendidikan yang teratur
dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang
ketat,misalnya kursus-kursus.Dikatakan juga pendidikan yang sama skali tidak
terorganisasi,dan tidak ada ijazah,dan merupakan hasil pengalaman belajar
individual atau mandiri.
Sebagin besar
ibu yang memiliki tingkat pandidikan tinggi lebih banyak yang datang untuk
memeriksakan kehamilannya daripada ibu yang berpendidikan rendah. Makin
tingginya tingkat pendidikan seseorang diharapkan mengembangkan daya nalar yang
dapat memberikan kemampuan baginya untuk menilai apakah suatu hal dapat
diterima atau tidak. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi diterima atau
tidaknya pelayanan antenatal atau pelayanan kesehatan ibu dan anak (Suprijanto,
2008).
4.
Riwayat Persalinan
Ibu yang mengalami mastitis pada
masa nifasnya dapat dipengaruhi oleh riwayat kehamilannya, dimana pada saat
hamil ibu mengalami peradangan pada payudara seperti adanya trauma pada
payudara. Hal tersebut menyebabkan pengaruh yang besar pada saat menyusui.
Selain itu kurangnya perawatan payudara pada masa kehamilan juga dapat
memimbulkan sumbatan pada daerah areola nantinya (Apshar, 2009).
D. Kerangka Konsep
1. Dasar
pemikiran variabel
Pada
penelitian ini terdapat satu variabel yaitu variabel tunggal. Variabel tunggal
yaitu variabel yang terdiri dari beberapa varians yang saling mempengaruhi.
Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu yang mengalami
mastitis yang berhubungan dengan umur ibu, paritas ibu dan status gizi ibu.
2. Bagan
kerangka konsep
Umur Ibu
|
Paritas Ibu
|
Pendidikan Ibu
|
Riwayat Persalinan
|
Karakteristik
Ibu Nifas Yang Mengalami Mastitis
|
Keterangan :
E. Defenisi Operasional Kriteria Objektif
1. Umur
Umur
adalah nilai pada seseorang individu dimulai dengan lahirnya sampai terdiagnosa
mastitis
Kriteria
Objektif
Risiko tinggi :
Jika umur ibu ≥45 tahun
Risiko rendah : Jika umur ibu <45 tahun
2. Paritas
Paritas
adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu sampai terdiagnosis mastitis.
Kriteria
Objektif
Risiko tinggi :
Jika ibu mempunyai anak ≥ dua orang
Risiko rendah : Jika ibu mempunyai anak kurang
dari dua orang
3. Pendidikan
Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran yang didapatkan
baik pendidikan tinggi, pendidikan rendah, dan tidak pernah sekolah. Pendidikan
dibagi atas Pendidikan Formal dan Nonformal
Kriteria Objektif :
a. Dasar :
Jika pendidikan pada
b. Lanjut : Jika pendidikan pada jenjang SMU sampai
perguruan tinggi.
c. Tidak Pernah Sekolah : Pendidikan yang
sama sekali tidak terorganisasi, tidak ada ijazah (Suprijanto, 2008).
Langganan:
Postingan (Atom)